Selasa, 04 Maret 2008

Menenggak Ruh yang Terpendar

Puisi Zaki Amaly

Etape yang melelahkan
Menguras seisi pikirku
Petang ku dedah
Siang ku hantam
Merobohkan selubung keraguan

Semakin kumerebah
Tanda itu bertambah silau
Ku tak dapat menangkap sinar hangatnya
Ia malah menusuk mata batinku

Ku bangkit dan merengkuh
Tak kuasa menaha perih
Kakiku terusung nyeri
Menjalar selonjor tubuh
Ah…
Patahnya tiada terperi

Hanya tersisa di lorong kesadaran
Terlihat biru keceriaan menenggak
Ruh diriku yang terpendar
Terima kasih Tuhan

Kudus, 1 maret ’08
(Bahauddin)

0 komentar: